Kembali Ke Ambon (Part 1)

Saya dan suami memilih menghabiskan liburan natal 2016 dan tahun baru 2017 di Kota Ambon. Selain liburan, kami juga ingin merasakan kehangatan suasana natal dengan berkumpul bersama keluarga besar di Ambon. Tiket pesawat sudah kami beli sejak bulan Oktober dan malangnya harga tiket mahal karena high season. Berangkat tanggal 23 Desember dan pulang tanggal 2 Januari, berarti kami punya 9 hari untuk menikmati Ambon. Sebelum saya bercerita tempat wisata yang saya kunjungi, saya ingin bercerita mengnai suasana natal dan tradisinya di Ambon.

Dalam perjalanan dari Bandara Pattimura ke rumah suami saya di Karang Panjang, saya takjub sepanjang jalan melihat setiap rumah dihiasi pohon natal dan lampu-lampu natal atau hiasan berbau natal yang lain. Begitu antusiasnya warga Ambon menyambut Natal. Bahkan pohon natal itu mereka buat dan rangkai sendiri menggunakan tali rafia/botol plastik, kreatif sekali. Dan kalau malam hari sudah pasti meriah sekali kota Ambon ini, dengan lampu-lampu natal yang menyala warna-warni di setiap sudut kotanya. Entah dimana lagi saya bisa menemukan antusiasme seperti ini.

pohon natal di depan gang Molenk

pohon natal di depan Gereja Petrsa
Tradisi natal di Ambon juga menyenangkan sekali. Saat malam natal tiba, kami umat nasrani menjalani 2 kali ibadah, sore atau malam ibadah di gereja, lalu jam 10 malamnya juga melakukan ibadah keluarga di rumah yang biasanya selesai pukul 11 malam. Lalu setelah itu mulailah pesta petasan/kembang api sampai pukul 1-2 pagi. Dari mulai anak-anak sampai para tetua semua pesta kembang api. Perayaan tahun baru juga sama seperti perayaan natal, dan biasanya ada tambahan 1 acara lagi yaitu badendang, anak-anak sampai orangtua berkumpul bernyanyi dan bergoyang sampai larut malam. Suasana seperti inilah yang mengikat kami untuk kembali ke Ambon saat natal dan tahun baru. Kemudian di tanggal 25 Desembernya sehabis ibadah natal setiap warga melakukan tradisi pegang tangan (salaman) ke rumah-rumah tetangga lain (biasanya yang dikenal) untuk saling mengucapkan selamat natal. Saat pegang tangan ini biasanya anak kecil sampai remaja diberi uang oleh tetua disetiap rumah yang mereka datangi. 

Natalan selesai saatnya kami keluar rumah untuk mengeksplore kota Ambon. Karena tempat yang akan kami kunjungi jaraknya lumayan jauh dari pusat kota maka kami menyewa mobil angkot selama 3 hari untuk berkeliling bersama keluarga. Berikut adalah tempat-tempat yang kami kunjungi di hari pertama setelah natal : 

1. Pantai Batu Kapal/batu Lobang
  • Pantai ini terletak di Kabupaten Maluku Tengah, tepatnya desa Liliboi. yang membuat pantai ini istimewa ialah adanya susunan batu-batu indah yang membentuk tembok besar di salah satu sudut pantai, dimana di tengah-tengah temboknya ada 1 lubang besar, dan dalam lingkup susunan batu itu ada air sangat jernih biasa dipakai untuk bersantai-santai oleh wisatawan. Saya agak bingung mendeskripsikannya, untuk lebih jelasnya bisa dilihat gambar di bawah ini. Sayangnya di pantai ini tidak tersedia kamar mandi dengan air bersih untuk berbilas, yang ada hanya 2 bilik bambu untuk berganti pakaian. Untuk masuk pantai ini, wisatawan cukup membayar 5 ribu rupiah saja. 





2. Pantai Pasir Putih
  • Letaknya di Desa Allang, Maluku Tengah. Tak begitu jauh dari Pantai Batu Kapal. Biaya masuk sama saja 5 ribu rupiah per orang, dan di pantai ini tersedia kamar mandi untuk berbilas, juga semacam gazebo untuk bersantai-santai.



3. Pantai Batu Layar
  • Lokasi pantai ini masih sama di Kabupaten Maluku Tengah, tepatnya Leihitu Barat. Dari Pantai Pasir putih bisa meneruskan berkunjung ke pantai ini, karena searah. Bisa ditempuh dalam waktu +/- 1 jam dari pantai pasir putih. Pantai dengan ciri khas 2 buah batu besar seperti layar di kapal yang berdiri kokoh di bibir pantainya. Tidak perlu membayar retribusi untuk menikmati keindahan pantai ini.


4. Pantai Huluwa
  • Sebelum sampai ke Batu Layar, wisatawan pasti melewati pantai yang satu ini. Lokasinya masih di Negeri Wakasihu, Lehitu Barat, Maluku Tengah. Pantai dengan batu karang yang indah ini juga asik untuk tempat kongkow sambil menunggu datangnya matahari senja. Cukup membayar 5 ribu rupiah per orang kita bisa menikmati keindahannya.






photo dengan penambahan saturation
Sekali mendayung, 2-3 pantai terlampaui. Karena memang lokasi pantai yang searah, maka kami dalam sehari bisa sekaligus mengunjungi 4 pantai itu, dan tanpa perlu bermacet-macetan karena kondisi jalan masih sepi layaknya di desa-desa. Kalau mau naik angkot ke pantai-pantai tersebut juga bisa, dari Terminal Mardika cari angkot yang jurusan allang atau wakasihu. Tapi kalau naik angkot ke allang tak bisa sampai Wakasihu. Angkot allang sedikit lebih banyak dari angkot Wakasihu, dan angkot akan berangkat ketika sudah penuh terisi penumpang. Sebenarnya memang lebih enak naik kendaraan pribadi jika ingin mengunjungi pantai tersebut karena bisa mampir-mampir. Kalau naik angkot dan singgah di satu pantai, lalu untuk lanjut ke pantai berikut butuh waktu lama menunggu angkotnya, karena memang angkotnya jarang, tak sebanyak di kota Ambonnya. 

Cerita tempat wisata berikutnya akan saya lanjutkan di part 2 ☺


Comments

Popular posts from this blog

Mendaki Gunung Slamet via Bambangan

Short Escape ke Purwakarta

Cibodas-Cipanas on the weekend