Short Escape ke Purwakarta

Jakarta yang ramai setiap harinya membuat saya dan suami memustuskan untuk menghabiskan libur akhir pekan di luar Jakarta. melipir sedikit dari ibu kota, Purwakarta menjadi tempat tujuan kami, karena saat itu wisata baru Air Mancur terbesar se-Asia Tenggara, Sri Baduga, lagi hangat-hangatnya diperbincangkan dan mengundang rasa penasaran kami. Seperti biasanya, liburan ala backpacker pun kami pilih. Menuju Purwakarta kami naik kereta, untuk menuju tempat-tempat wisata di Purwakarta kami naik angkot, dan menginap pun mencari hotel murah namun strategis. Tiket kereta menuju Purwakarta bisa dibeli di website KAI atau agen-agen penjual tiket, bisa pilih ekonomi atau eksekutif. Menggunakan kereta, perjalanannya hanya memakan waktu 1,5 jam.

Ciri Khas Stasiun Purwakarta

Sabtu 18 Maret lalu, setibanya di Stasiun Purwakarta pukul 14.40 kami langsung menuju Hotel Kusuma untuk memesan kamar dan check-in, sebab untuk reservasi hotel ini tak bisa online atau telepon, hanya dengan cara langsung datang, lihat kamar, dan kalau berkenan langsung booking dan bayar. Dari stasiun jaraknya hanya 600 meter dan bisa ditempuh dengan berjalan kaki saja. Kami memilih hotel ini karena letaknya yang strategis di pusat kota, dekat dengan Taman Sri Baduga, Alun-alun, Taman Cerdas, Taman Pancawarna, pasar, dan tempat nongkrong anak-anak muda. dilihat dari bentuk kamarnya, hotel ini memang termasuk hotel tua, tapi kebersihan dan kenyamanannya tak perlu diragukan.  Kami dapat kamar dengan harga 165 ribu per malam, dengan kondisi ruangan cukup luas, kasur king bed, ac, tv tabung ukuran 14", kamar mandi cukup luas dengan wc jongkok dan tidak ada air panas. Kami memberi rate 3,7/5, untuk backpacker cocok sekali.


Tujuan kami selanjutnya adalah Waduk Jatiluhur, oleh bapak penjaga hotel kami diarahkan untuk naik angkot 03 turun di Ciganea dan menyambung angkot 11 menuju kawasan Jatiluhur, perjalanannya hanya memakan waktu +/- 40 menit saja. Supir angkot menurunkan kami di pinggir pantai dengan pemandangan Gunung Lembu. Dari tempat itu pengunjung bisa menyewa kapal kecil untuk berkeliling sekitar pantai, dan di sepanjang pinggir pantai juga banyak pedagang kelapa dengan gelaran tikarnya. Kami pun turut mencicipi es kelapa di pinggir pantai tersebut. Kemudian kami melanjutkan kunjungan kami ke kawasan Istora, cukup jauh jika berjalan kaki, maka kami menunggu angkot merah lewat, dan menumpangnya. Istora ini ternyata merupakan tempat penginapan beserta restoran lengkap dengan taman bermain anak-anak, dan dari sinilah Waduk Jatiluhur bisa terlihat. Tempat ini juga dibuka untuk umum, hanya saja jika tidak menginap dan ingin masuk ke dalamnya dikenakan biaya 10 ribu rupiah per orangnya, dan banyak spot foto menarik di dalamnya.



ini adanya di area istora

ketika sampai, langit sudah mendung


Selesai menikmati suasana disini, kami bergegas kembali ke pusat kota untuk mencari makan. Dari awal kami sepakat untuk makan kuliner khas saja selama di Purwakarta ini. Maka kami langsung menuju warung makan Sate Maranggi Plered yang letaknya tak jauh dari hotel tempat kami menginap. Awalnya saya pikir sate maranggi ini bedanya dengan sate  di Jakarta hanya terletak pada bumbunya saja, tapi tidak, dagingnya pun rasanya beda. Kami memesan 10 tusuk sate kambing dan 10 tusuk sate sapi. Dagingnya dimasak sangat empuk dan tidak berbau, bumbunya pun enak, Saya sendiri baru tau kalau penyajiannya berbeda, bumbu sate sudah tersedia di atas meja dan boleh diambil sesukanya, begitupula dengan nasi yang sudah disajikan di meja dengan dibungkus daun pisang, tinggal ambil saja sekenyangnya, dan harganya pun menurut kami tidak mahal.

 
Malam itu pun kami habiskan dengan menyaksikan pertunjukkan air mancur bergoyang di kawasan Situ Beleud, Taman Air Mancur Sri Baduga, yang jaraknya hanya 200 meter dari Hotel Kusuma. Pertunjukan ini hanya digelar setiap hari sabtu malam pukul 19.30-20.00, dan pengunjung tidak dikenakan biaya sepeser pun untuk menonton pertunjukan yang bagus ini, cukup bawa diri saja, atau bawa payung kalau hujan dan bawa pasangan kalau punya. Tempat duduknya luas mengitari kolam air mancurnya, tapi posisi yang paling bagus untuk melihat aksi air mancurnya adalah di sebelah barat. Pengunjung yang ingin menyaksikan pertunjukan ini banyak sekali, jadi kalau mau dapat posisi yang bagus itu harus rela datang 2 jam sebelumnya. Waktu itu kami datang 1 jam sebelum dan tempat pertunjukannya sudah ramai sekali, beruntung kami hanya berdua jadi bisa nyempil-nyempil tempat duduk, walau tidak dapat posisi wuenaknya.



sedikit cuplikannya

Purwakarta terkenal dengan julukan Kota Seribu Taman, karena memang sejak Pak Dedi Mulyadi menjabat sebagai bupatinya, beliau banyak sekali membangun taman-taman terbuka untuk rekreasi, belajar, dan bermain. Kami pun tak luput untuk mengunjungi beberapa taman tersebut di keesokan harinya, diantaranya ada Taman Pancawarna, Taman Cerdas Surawisesa, Taman Maya Datar, dan Taman Pasanggrahan Pajajaran. Taman-taman tersebut berada di lokasi yang berdekatan, dan untuk masuknya tidak dikenakan biaya apapun. Namun, Taman Cerdas ini sepertinya tidak terbuka untuk umum, sesuai dengan namanya dikhususkan untuk pelajar, sebab di dalamnya terdapat panggung besar serta layar besar, juga tempat duduk yang mengitari tamannya seperti untuk pertunjukan. Taman Pancawarna, Maya Datar, Pasanggrahan ini ada di kawasan alun-alun, sementara Taman Cerdas ini ada di Kawasan Situ Beleud di sebelah Taman Air Mancur




Taman Cerdas

Sebelum kembali ke Jakarta kami juga mencicipi kuliner Purwakarta lainnya, seperti soto sadang, es ciming, dan surabi kedai koka. Kami mengunjungi tempat-tempat itu dengan naik angkot, tapi lupa nomor berapa, yang jelas angkotnya tidak ribet dan banyak tersedia. Kalau Soto Sadang terletak di Jalan Veteran, setelah kampus UPI Purwakarta lurus terus nanti ada di sebelah kiri jalan, kalau Es Ciming ada di Jalan Ahmad Yani, dimana banyak toko-toko berjejeran, sementara warung Es Ciming yang legendaris ini tempatnya kecil, buat yang belum pernah harus perhatikan sisi jalan baik-baik untuk menemukannya. Es ciming ini mirip seperti es campur kalau di Jakarta, selain itu warung es ciming juga menjual aneka es lainnya dan juga cemilan seperti batagor, siomay, dll. Saya juga mencoba batagornya dan rasanya enak. Walau tempatnya kecil tapi warung ini cukup ramai pengunjung. Sementara Surabi kedai koka, saya mencoba yang topping keju, dan rasanya tidak begitu istimewa. Keda koka ini semacam kafe sederhana dan menjual aneka makanan berat maupun ringan, dan harganya murah. Kami juga tak lupa membawa oleh-oleh Simping, cemilan khas daerah ini.

Surabi keju Susu

isian es ciming

penyajian es ciming

Soto Sadang

Semoga ada informasi yang bermanfaat di cerita ini :)

Comments

  1. Menarik dan informatif, makasih banyak

    ReplyDelete
  2. Ingin Cari Kaos Dakwah Terbaik, Disini tempatnya: Tshirt Dakwah Islam

    Mau Cari Bacaan yang cinta mengasikkan, disini tempatnya Cinta Karena Allah

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Mendaki Gunung Slamet via Bambangan

Cibodas-Cipanas on the weekend