Gunung Andong : walaupun pendek tapi jangan remehkan pesonanya


Bulan Juni tahun 2015, bermula dari ajakan jalan-jalan Selly (travelmate favorite selain pacar sendiri) yang jenuh akan rutinitas kantornya, dan berhubung saya orang yang gampangan bila diajak jalan-jalan, jadilah kami memutuskan untuk pergi berwisata alam. Karena pada saat itu saya baru saja melihat instagram teman saya yang memposting tentang pendakiannya ke Gunung Andong dan pemandangannya menarik, jadilah saya mengusulkan ke Selly untuk mendaki Gunung Andong juga. Kemudian, tampaknya Selly langsung meng-googling-nya dan meng-iya-kan usulan saya. Lalu kami mencari tanggal kapan kami pergi, akhirnya kami sepakat akan pergi pada tanggal 19-21 Juni 2015. Dari antara kami berdua pun tak ada yang berniat mengajak teman kami yang lainnya, bukan karena kami jahat, tapi sepengalaman kami jika mengajak mendaki gunung banyak yang tidak mau ikut dengan berbagai alasan, terlebih lagi ini perginya mendadak dan waktu pergi singkat, tak ada waktu istirahat yang cukup. Sehingga setelah ketemu tanggal, kami langsung mencari tiket kereta untuk sampai ke Magelang (kota dimana Gunung Andong berada), ternyata tiket kereta ekonomi atau bisnis ke Jogja/Solo/Semarang sudah habis, tinggal tiket eksekutif (yang notabennya mahal untuk kantong kami). Jadi langsung kami putuskan untuk naik bus saja yang langsung sampai terminal Magelang, sebab kalau naik kereta pun harus naik bus lagi sampai ke Magelangnya. Sesungguhnya bukannya kami tak mampu untuk membeli tiket eksekutif, tapi prinsip kami ialah kalau murah saja bisa bahagia kenapa harus yang mahal ^^


Di hari minggu, awal pekan bulan Juni kami pun pergi ke terminal terdekat dari rumah kami, yaitu Terminal Grogol untuk mencari bus yang sesuai selera kami dan kondisi kami yang anak kantoran, tanpa berlama-lama kami langsung menemukannya yaitu bus ekonomi AC PO Handoyo. Kenapa Handoyo ? bukan karena yang paling murah, tetapi karena hanya bus Handoyo yang waktu berangkatnya paling pas dengan jadwal anak kantoran, yaitu malam sekitar pukul 19.00, sehingga kami pulang kerja bisa langsung berangkat, sebab kalau berangkat siang atau sore kami harus cuti kerja sementara kami sudah tak punya cuti. Kemudian di minggu-minggu berikutnya masing-masing kami sibuk mempersiapkan diri dan alat-alat pendakiannya sampai sewa menyewa alat yang kami tidak punya.

dan tibalah hari yang dinanti..

Jumat, 19 Juni 2015

Mendekati jam pulang kantor, saya dan Selly mulai saling mengabari kegiatan dan kondisi kamI untuk dapat mengetahui siapa yang akan sampai terminal terlebih dahulu dan pukul berapa. Saya pribadi, setelah pulang kantor langsung ke kost-an teman saya yang dekat dengan terminal untuk mengambil carrier yang malam sebelum berangkat telah saya titipkan dan sekaligus kembali menitipkan baju dan perlengkapan kantor lainnya, sehingga lebih menghemat waktu. Sampai di kost-an teman saya pukul 18.30 dan sudah mengambil carrier. Melihat masih ada waktu 30 menit sebelum berkumpul di terminal, maka saya putuskan untuk mengisi perut saya terlebih dahulu dengan ayam Rocky (bukan iklan). Selesai makan, saya membuka ponsel pintar saya dan mendapati whatsapp dari Selly kalau dia sudah mau sampai di terminal, maka saya langsung bergegas ke terminal yang berada di seberang tempat makan saya. Saya dan Selly pun sampai di terminal berbarengan, lalu kami langsung menuju ke pic bus Handoyo menanyakan keberadaan bus nya. Dan ternyataaaaaaaaaaaa....... KATA MAS NYA BUS NYA BARU SAJA JALAN, untungnya bus nya belum jauh dari terminal, masih di flyover tomang, langsung saja mas pic nya menelepon pak supir untuk menunggu kami, dan kami langsung diantar ke flyover tomang (saya kebetulan diantar pacar dan Selly diantar mas pic Handoyo nya) menggunakan sepeda motor. Lega juga akhirnya kami tidak jadi ditinggal, dan sedikit kecewa padahal saya sudah sms ke pic nya bilang akan sampai di terminal pukul 19.00 dan mas nya sudah meng-iya-kan tapi kenyaataannya kami tidak ditunggu, terlebih pada saat kami beli tiket mas nya pun bilang berangkatnya bisa jam 19.00. Kami tak sempat protes-protes, bagi kami yang penting saat itu kami jadi pergi ke Magelang. Selama perjalanan di bus kami tak saling mengobrol banyak, lebih memilih mengistirahatkan tubuh kami untuk pendakian esok hari.

Sabtu, 20 Juni 2015

Pukul 4 subuh, sedang enak-enak tidur kami dibangunkan, karena bus berhenti di rumah makan di daaerah Banyumas dan mempersilakan penumpang mengisi perut terlebih dahulu ataupun sekedar ke toilet. Kami pun turun dan mengisi perut dengan teh manis hangat dan popmie. Hanya berselang 30 menit, bus sudah siap melaju lagi, dan sialnya kami bersama penumpang yang tersisa saat itu, kami dioper ke bus ekonomi non AC untuk sampai ke Magelang. Kekecewaan kami terhadap PO Handoyo bertambah setelah sebelumnya ditinggal tanpa konfirmasi. Mau gimana lagi, kami hanya bisa ikhlas menerimanya demi sampai ke Gunung Andong. 

Pukul 09.00 kami sudah tiba di Magelang, kami diturunkan disebuah terminal kecil bukan terminal utama Magelang, lalu kami diberitahu oleh kondektur untuk menyambung angkot kecil untuk sampai ke Pasar Ngablak, tempat basecamp Gunung Andong. Lalu kami bilang ke supir angkot kaalu kami ingin ke Pasar Ngablak, pak supir pun memberitahu kalau nanti kami harus turun di lampu merah canguk lalu ganti bus kecil 3/4 arah kopeng/salatiga untuk sampai ke Pasar Ngablak. Setelah kami turun di lampu merah canguk, jam menunjukkan pukul 10 pagi, kami berpikir kalau kami langsung ke Andong masih terlalu pagi, karena naik Gunung Andong hanya membutuhkan waktu 1-2 jam saja dan kalau terlalu lama di atas gunung, perbekalan kami kurang. Saat itu kami putuskan untuk duduk terlebih dahulu di depan sebuah warung dan bertanya-tanya kepada pemiliknya tentang wisata ataupun kuliner di Magelang yang bisa dikunjungi pagi hingga siang hari, kami juga berusaha googling mengenai wisata magelang, dan hasilnya adalah kami sepakat unutk ke Alun-alun Magelang saja, karena tidak terlalu jauh dari lampu merah canguk. Kami pun berdiri dari tempat duduk kami, berjalan menuju angkot yang banyak sekali di depan kami, menaiki salah satunya untuk sampai di depan Alun-alun Magelang. Dari pasar canguk ke alun-alun hanya membutuhkan waktu sekitar 15 menit dengan biaya Rp 4.000 / orang. Sampai alun-alun kami pun langsung melancarkan aksi anak muda kekinian, yaitu foto-foto. 



Alun-Alun Kota Magelang

Setelah puas foto-foto dan mengingat kami belum mandi pagi itu, maka kami langsung menuju Masjid Agung Alun-alun Magelang untuk menumpang mebersihkan diri di kamar mandinya. Kami sangat berterimakasih untuk pengelola masjid itu, karena kamar mandi dan masjidnya sangat-sangat bersih, kami membahasakannya dengan mandi-able. Sekali lagi saya katakan BENAR-BENAR BERSIH. Sampai-sampai Selly mengajak saya untuk mandi disini lagi ketika turun gunung nanti. Setelah selesai mandi, kami mencari makan karena sudah merasa lapar. Kami berjalan menuju arah utara dimana kata seorang teman Selly disana berjejer penjual makanan. Ketika kami sampai, ternyata yang buka saat itu hanya segelintiran saja, mungkin karena masih pagi. Kami pun makan Soto dan Sop ayam serta minum es kelapa. Perut sudah kenyang, kami kembali berjalan tapi sebelumnya kami bertanya dahulu kepada orang sekitar, kalau ingin ke lampu merah canguk naik angkot darimana dan nomor berapa, setelah diberitahu baru kami langsung pergi. Sampai di lampu merah canguk kami turun, dan kami putuskan untuk ke Terminal Tidar Magelang terlebih dahulu untuk membeli tiket bus pulang kami. Dari canguk ke terminal Tidar kami naik angkot kecil lagi, setelah sampai kami langsung ditawari agen penjual tiket yang ada di terminal, kami langsung di arahkan ke pos nya, dan kali ini kami memilih untuk naik bus Safari pukul 5 sore hari minggu esok.. Urusan pulang pun aman kami lansung bertanya ke penjual tiket kalau ingin ke pasar Ngablak naik bus yang mana. Penjual tiket pun mengarahkan kami. Baru ada saya dan Selly yang menumpangi bus itu, kami harus menunggu beberapa penumpang lagi agar bus bisa jalan, maklum kejar setoran. Untunglah yang ditunggu-tunggu tak lama datangnya. Penumpang sudah banyak, bus sedang berukuran 3/4 pun langsung jalan. Rupanya untuk sampai Pasar Ngablak hanya membutuhkan waktu kurang lebih 1 jam dari terminal. Kami turun tepat di depan gapura berwarna biru di Pasar Ngablak. Lalu singgah ke warung untuk membeli air minum dan nasi bungkus untuk perbekalan di atas gunung. Kami pun bertanya kepada pemilik warung kalau ingin ke basecamp Gunung Andong menggunakan kendaraan apa. Pemilik warung memberitahu harus naik ojek dengan ongkos Rp 10.000,- lalu ia segera memanggilkan tukang ojek yang dikenalinya untuk mengantar kami sampai basecamp. Dari gapura Pasar Ngablak kami masuk menuju ke arah Grabak, sekitar 10 menit kemudian kami sudah sampai di basecamp Sawit, basecamp pendakian Gunung Andong.





Waktu menunjukkan pukul 3 sore saat kami sampai di basecamp, tepat sekali dengan rencana awal kami yang akan mendaki pada jam tersebut, kami langsung melapor diri dan membayar uang retribusi sebesar Rp 3.000/orang, lalu kami langsung melangkahkan kaki kami dengan penuh semangat menuju puncak Gunung Andong. 

dan tak lupa kami mengabadikan foto perjalanan kami





Trek awal pendakian berupa perkebunan sayur milik warga setempat, masih berupa jalur datar dan beraspal, sampai sebelum ada gapura di sebelah kiri, akan nampak Gunung Telomoyo di hadapan kita. Selanjutnya trek ke Gunung Andong bisa dibilang cukup bersahabat dan jalurnya pun terbilang jelas, sebab banyak petunjuk yang membantu para pendaki untuk mencapai puncak. Medan selama pendakian akan berubah seiring jalan naik, dari yang awalnya jalan beraspal lalu ke medan dengan tanah, memasuki kawasan hutan pinus, lalu jalur rerumputan sampai bebatuan yang cukup tertata. Kemiringan ketika menuju atas pun tak begitu terjal. Cocok untuk pendaki pemula. Di tengah perjalanan pun akan ditemukan pancuran air dari pipa yang bisa digunakan untuk mengisi perbekalan air para pendaki.

Setelah mendaki selama kurang lebih 1,5 jam akhirnya saya dan Selly sampai di puncak Gunung Andong. Saat itu baru kami berdua yang ada di puncak, saya pribadi sedikit takut kalau sampai nanti benar-benar hanya berdua dan tak ada pendaki lain bagaimana. Ketakutan itu tak terlalu dihiraukan oleh Selly dan segera ia mengajak saya mendirikan tenda. Syukurlah, selagi kami mendirikan tenda mulai terlihat pendaki lain sampai di puncak, berarti saya tak jadi ketakutan. Setelah tenda berdiri, seperti biasa kami langsung berfoto-foto. Saat itu langit yang biru sudah menunjukkan perubahan ke warna jingga pertanda sebentar lagi senja akan datang. Kami pun semakin semangat menanti sambil mengabadikan pemandangan sekitar melalui kamera smartphone kami
 




pemandangan di jalur awal pendakian. Terlihat Gunung Merbabu di seberang
Itu Gunung Telomoyo









Senja Di Gunung Andong
Waktu menunjukkan pukul 18.30, kami kembali ke tenda untuk memasak bahan makanan yang sudah kami bawa untuk mengisi kembali energi kami. Pukul 9 malam kami sudah memejamkan mata kami bersiap menyambut fajar bersama langit kemerahan. Walau tidur tak nyenyak, sedikit-sedikit terbangun, tapi cukup untuk mengistirahatkan tubuh lelah kami.
Minggu, 21 Juni 2015

Pukul 5 pagi kami sudah bangun dan mendengar suara orang ramai dari luar, langsung saja saya buka pintu tenda dan ternyataaaaaaaaa.. kabut tebal yang datang. Jadilah kami tak melihat sunrise hari itu. Tapi tak apa karena kami sudah bisa melihat sunset yang indah semalam. Banyak pendaki yang juga kecewa karena tak bisa melihat matahari terbit. Kami pun kembali meringkuk di dalam sleeping bag kami, mencoba memejamkan mata kembali. Namun, 1 jam berikutnya kami sudah bangun lagi, bangun dengan sempurna, melihat keluar tenda lagi berharap kabut menghilang, tapi kenyataan tak seperti harapan. Akhirnya kami hanya berfoto di dalam tenda dan bersiap untuk membuat video ulangtahun untuk salah satu sahabat kami. Dari tempat tenda kami, berjalan naik sedikit ke arah tulisan Puncak Andong dengan bendera merah putihnya. Tepat di depan tulisan itiu kami berdiri memulai membuat video.






Setelah video jadi, kami kembali ke tenda untuk memasak indomie dan menyeduh milo untuk sarapan kami. Kira-kira pukul 9 pagi kami sudah bersiap untuk turun kembali. Perjalanan turun hanya memakan waktu 30-45 menit. Sampai bawah kami langsung melapor diri lagi dan segera mencari ojek untuk mengantar kami ke Pasar Ngablak. Lalu melanjutkan perjalanan ke cangu dan ke Alun-alun Magelang, karena sesuai kesepakatan kami akan mandi di Masjid Agung alun-alun lagi. Pukul 11 kami sudah sampai di Masjid itu, lalu kami mandi bergantian. Ternyata kami masih memiliki banyak waktu luang menunggu jam kepulangan kami pukul 5 sore. Saat itu teman kuliahnya Selly yang kampung halamannya di Magelang pun berencana menemui Selly dan saya serta membawakan makanan khas Magelang, kupat tahu yang kami idam-idamkan. Kami bertiga duduk di tenda makan di area alun-alun hingga sampai waktunya saya dan Selly harus melanjutkan perjalanan ke terminal Tidar Magelang lalu kembali ke Jakarta. 

Pukul 16.30 kami sampai di Terminal Tidar, menunggu bus safari yang akan kami tumpangi sampai Jakarta. Bus Safari pun baru tiba pukul 17.30. Ternyata bus Safari ini lebih bagus dari bus Handoyo, dengan kelas yang sama dan harga tak jauh beda. Bus ekonomi Ac safari dilengkapi selimut, dan tempat duduk yang sangat nyaman untuk tidur. 

Sampai Jakarta, kami meminta diturunkan di slipi jaya dekat dengan rumah kami. Saat itu sudah pukul 3 subuh, kami segera mencari taxi untuk pulang ke rumah masing-masing. Perjalanan kami pun usai, kami harus kembali ke kantor lagi pagi itu juga. 

Notes :
  1. Bus Handoyo Jakarta - Magelang, kelas ekonomi (AC, ada toilet, kursi 2-2) Rp 125.000,-
  2. Jakarta-Magelang juga bisa ditempuh dengan kereta, turun di Semarang/Solo.Jogja lalu menyambung bus ke arah Magelang
  3. Perjalanan Jakarta - Magelang menggunakan bus ditempuh dalam waktu +/- 12 jam
  4. Dari terminal Tidar Magelang - Pasar Ngablak naik angkot bus sedang atau bus 3/4 dengan tarif Rp 10.000,-/ orang, turun di depan gapura Pasar Ngablak, waktu tempuh +/- 1 jam
  5. Dari gapura Pasar Ngablak sampai basecamp Andong, Desa Girirejo menggunakan ojek dengan ongkos Rp 10.000,- per orang, waktu tempuh +/- 10 menit
  6. Retribusi Gunung Andong Rp 3.000 / orang
  7. Dari basecamp Andong sampai ke Terminal Tidar Magelang ditempuh dengan rute, transportasi, dan biaya yang sama pada saat perginya
  8. Dari Magelang ke Jakarta menggunakan bus PO Safari kelas Patas AC 2-2 dengan harga Rp 150.000 / orang, dapat selimut, kursi sangat nyaman, bus bersih 


Sekian semoga bermanfaat :)

Comments

  1. boleh minta kontak nya ?
    mau nanya seputar transportasi ke andong..

    ReplyDelete
  2. boleh minta kontak nya ?
    mau nanya seputar transportasi ke andong..

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Mendaki Gunung Slamet via Bambangan

Short Escape ke Purwakarta

Cibodas-Cipanas on the weekend