Tanpa bertele-tele, sesuai dengan judulnya, saya akan langsung bercerita tentang tempat wisata berikutnya yang saya kunjungi selama di Ambon. Pertama saya akan bercerita mengenai Pantai Hukurila, tepatnya di Leitimur Selatan. Pantai yang satu ini memang tak setenar pantai Natsepa ataupun Pantai Liang, oleh karena itulah pantai ini termasuk pantai yang tak ramai pengunjung. Saat saya, suami, dan adik-adik ipar kesana baru ada kami yang berkunjung, dan setelah sekitar 1 jam kami disana baru datang pengunjung lain hanya beberapa orang saja. Jujur saya kurang tahu angkutan apa yang sampai ke pantai ini, karena saya pergi dengan menyewa angkot dari Karang Panjang. Selama perjalanan kesana pun hampir tak menemui angkutan lewat. Saya menyebut Hukurila ini pantai di gunung, sebab memang adanya di daerah tinggi/bukit-bukit, dan jalan menuju pantai ini sangat berliku naik turunnya, jika yang biasa suka mabuk perjalanan darat maka disarankan untuk meminum obat anti mabuk terlebih dahulu. Waktu tempuh dari pusat kota hanya 1,5 jam saja. Ada beberapa rumah-rumah warga dekat pantai ini, tetapi di pantai tak ada yang menjual rujak seperti di pantai-pantai lain di Ambon, juga tak ada yang menjual air kelapa, minuman/makanan lainnya. Pemandangan yang bisa dilihat di pantai ini ialah anak-anak kecil yang rumahnya dekat pantai ini yang sedang bermain air, kapal-kapal bersandar milik nelayan, nyiur melambai, juga bukit. Berkunjung ke pantai ini tidak dikenakan biaya sepeser pun, bahkan memakai wc umum yang ada juga gratis. Dengan air yang jernih, kebersihan yang terjaga, serta belum ramai pengunjung, pantai ini sangat saya rekomendasikan jika teman-teman ingin berwisata bahari ke Ambon. Sayang sekali diantara kami tak ada yang mencoba snorkling karena memang tak ada persiapan sebelumnya. Bila mengambil foto pantai ini dari tempat yang tinggi maka akan terlihat gradasi warna air yang sangat bagus.
Setelah puas di pantai ini, kami melanjutkan perjalanan ke Negeri Waai. Tak lagi pantai yang kami kunjungi, melainkan air terjun dan rumah pohon. Perjalanan dari Hukurila ke Waai memakan waktu kurang lebih 1,5 jam, melewati Negeri Paso. Beda dengan Pantai Hukurila, wisata ini termasuk yang ramai pengunjung, mungkin karena sekarang sudah ada rumah pohon dan spot-spot foto-able lainnya. Selain itu juga tersedia angkutan umum ke Waai dari Terminal Mardika. Untuk masuk ke tempat wisata ini, kami membayar 3 kali tiket masuk. Yang pertama di pos terdepan tempat parkir kendaraan Rp 5.000, lalu masuk ke wisata air terjun Rp 5.000/orang, dan untuk menikmati kawasan rumah pohon Rp 10.000/orang. Sayang sekali tempat seasyik ini tak dilengkapi dengan wc umum/kamar mandi dengan air bersih untuk bilasan. Ada 1 warung yang menjual berbagai macam makanan dan minuman disana, mulai dari rujak, indomie, pisang goreng dan gorengan lainnya, es kelapa sirup, kopi, teh, milkshake dan lain-lain, harganya juga tak terlalu mahal. Jadi ketika sampai, kami sempatkan menyantap makanan dan minuman yang ada. Untuk sampai ke air terjunnya, kami perlu menuruni beberapa anak tangga yang jika kondisi naik cukup melelahkan. Air terjunnya sendiri terbagi menjadi 2 aliran, yang pertama waktu sampai yang terlihat hanya air terjun kecil, tapi jika ditelusuri lebih jauh lagi, ada sumber sir yang besar di atasnya. Pengunjung bisa naik tangga kayu kecil di sebelah kanan air terjun kecil, lalu berjalan sedikit melewati tebing batu besar, maka akan bertemu air terjun yang besar. Setelah puas bermain air, kami langsung ganti baju (iya tidak mandi, karena air di kamar mandinya kotor) untuk bermain di area rumah pohon. Berfoto di atas rumah pohon, berfoto di atas panggung bentuk love, serta bermain ayunan dan menikmati pemandangan laut dari Negeri Waai.
|
air terjun kecil |
|
kawasan rumah pohon |
|
adik ipar saya :) |
|
Panggung love |
Puas bermain-main di Negeri Waai, kami memutuskan untuk menikmati sunset dengan memakan rujak di Pantai Natsepa. Pantai yang sangat terkenal di Ambon, yang selalu ramai pengunjung. Pantai ini terletak di Desa Suli, Maluku Tengah. Untuk sampai ke pantai ini aksesnya sangat mudah, tinggal naik angkutan umum yang banyak tersedia dari Terminal Mardika di Ambon, dengan membayar lima ribu rupiah sudah sampai. Perjalanan dari pusat kota ke pantai ini memakan waktu 30 menit saja. Hamparan pasir putih dan air laut yang bersih serta cita rasa rujaknya menjadi daya tarik tersendiri untuk berkunjung ke pantai ini.
|
Senja di Natsepa |
|
rujak natsepa |
Hari sudah malam ketika kami selesai menyantap rujak, dan tubuh juga mulai terasa lelah, hingga kami memutuskan kembali ke rumah saja. Perjalanan selanjutnya bersambung ke part 3 ya ☺
Comments
Post a Comment