Menjejakkan kaki di atap tertinggi Garut


Tanggal 25-27 September 2015 menjadi tanggal pilihan saya bersama pacar saya untuk melakukan perjalanan ini. Karena kami berdua adalah pegawai kantoran yang tidak memiliki banyak jatah cuti, jadi kami memilih pergi di akhir pekan saja, seperti yang sedianya kami lakukan berangkat di hari jumat malam dari jakarta, pulang hari minggu siang atau sore dari tempat tujuan. Semula kami berencana pergi bersama beberapa kawan, walau pada akhirnya hanya pergi berdua lantaran kawan yang kami ajak menarik diri batal ikut dengan kami karena berbagai alasan. Kami pun tak mau menggantungkan kebahagiaan kami pada orang lain, jadi kami tetap memutuskan berangkat. 

Bagi saya pribadi, ini kedua kalinya saya berwisata ke Garut, setelah sebelumnya ke Gunung Papandayan. Jadi untuk urusan transportasi dari Jakarta ke Garut tak lagi membingungkan. Dari rumah kami hanya perlu menuju Terminal Kampung Rambutan untuk naik bus jurusan Terminal Guntur, Garut. Dimana di Terminal Kampung Rambutan banyak sekali bus menuju Garut yang selalu tersedia walaupun ingin berangkat larut malam. 

Dan mulailah petualangan kami..

Jumat, 25 September 2015 pukul 22.30 kami sudah tiba di Terminal Kampung Rambutan dan langsung mencari bus jurusan Garut, disana banyak kondektur bus yang menawarkan kami untuk naik kendaraannya, akhirnya kami pilih bus yang sudah terisi beberapa orang agar segera berangkat, dan ternyata orang-orang di dalam bus tersebut sebagian besar adalah pendaki yang hendak ke Papandyan atau Cikuray. Perjalanan menuju Garut membutuhkan waktu kurang lebih 4 jam pada saat itu. Sabtu, 26 September 2015 pukul 04.00 kami sudah tiba di Terminal Guntur, kami langsung menuju masjid di seberang terminal dimana di sebelahnya terdapat wc umum dan warung-warung penjual makanan untuk mengistirahatkan tubuh kami sejenak. Masjid dan wc umum ini pasti sudah populer dikalangan pendaki. Sambil beristirahat di Masjid, kami juga berbincang-bincang dengan pendaki lain yang juga ingin ke Cikuray sampai akhirnya sepakat untuk menuju Cikuray di waktu yang berbarengan dengan angkutan yang sama. Setelah berbincang sebentar, kami melanjutkan tidur kami kira-kira 1 jam, setelah itu langsung berkemas untuk menuju Pos Pemancar basecamp pendakian Gunung Cikuray. Waktu menunjukkan pukul 06.30 saat kami sudah berada di mobil pick up yang akan membawa kami ke Pos Pemancar, namun mobil baru bisa berangkat pukul 07.00 karena menunggu beberapa orang lagi untuk memaksimalkan kapasitas pick up dan menambah penghasilan pak supir tentunya. Waktu tempuh dari terminal ke Pos Pemancar kurang lebih 1,5 jam. Sesampainya di Pos Pemancar, pendaki diwajibkan melapor diri dan mengisi buku tamu meninggalkan nomor telepon, kegiatan wajib di basecamp gunung manapun, agar kalau terjadi sesuatu yang tak terduga diatas sana, ranger yang ada di gunung tersebut siap menolong. Entah kenapa untuk mendaki Cikuray melalui Pemancar, kami harus melapor diri 2 kali, dan pos lapor diri yang kedua ada di start pendakian berupa kebun teh. 

Urusan lapor melapor selesai, kami tak lupa berdoa sebelum mendaki sebagai bentuk kesadaran kami, manusia yang butuh pertolongan Sang Empunya alam semesta agar selamat dikala naik maupun turun. Trek awal pendakian Cikuray ini kami disuguhi pemandangan permadani hijau yang membentang luas dan menyejukkan, kami melewati kebun teh dengan jalur berupa tanah dan menanjak

kebun teh di jalur awal pendakian
Setelah melewati kebun teh yang menanjak, akan bertemu warung, hanya sedikit sekali jalur lurus, baru melangkah beberapa hitungan kami bertemu dengan jalur yang lebih berat yaitu tanjakan cihuy yang cukup menguras tenaga di awal mendaki. Sesudah melewati tanjakan cihuy, trek berikutnya ialah  melewati hutan pinus yang rimbun dengan jalur tanah debu kalau musim kemarau, dan akan menjadi sangat licin jika hujan tiba, dengan akar-akar pohon yang kuat menonjol ke permukaan tanah, dan seterusnya jalur seperti ini sampai ke puncak gunung, dan tentunya setiap pos ke pos jalur semakin menanjak dan lutut bertemu wajah akan sering kita alami. Untuk sampai puncak Gunung ini kami harus melalui 7 pos terlebih dahulu, dimana jarak antara pos 1-3 itu jauh dan membutuhkan waktu lama, sementara pos 4-7 tidak sejauh pos-pos sebelumnya. Pos yang tersedia lahan cukup luas untuk membuka tenda ialah pos 3, 6, 7. Di pos lain bisa, tapi mungkin hanya 1-3 tenda saja. Mengingat pada saat di mobil pick up saya diberitahun oleh  pak supir agar kalau bisa tidak membangun tenda di bawah pos 6 karena sering ada babi hutannya, maka kami sepakat membangun tenda di pos 6 saja, selain karena kami sudah kelelahan dan takut tidak kebagian lahan di pos 7 karena kalau weekend gunung ini termasuk salah satu yang ramai dikunjungi. Kami mulai mendaki pukul 09.00 dan sampai di pos 6 pukul 17.00, total 8 jam perjalanan untuk berkemah, kalau saya bandingkan dengan pendaki-pendaki lain, waktu yang saya tempuh termasuk lama, ya maklum saja kami hanya berdua dan berat tubuh saya tidak ringan, dan ini pun sudah terbantu dengan rutin jogging sebulan sebelum mendaki, bayangkan kalau tanpa persiapan fisik mungkin bisa saja menyerah di tengah perjalanan yang berat ini. Ketika kami sedang beristirahat sebelum membangun tenda, kami melihat ada beberapa orang turun menggunakan carrier dan pacar saya yang penasaran akan puncak bertanya ke pendaki tersebut dan ternyata pendaki tersebut tidak sedang turun dari puncak, merekapun baru saja naik pagi tadi dan sudah sampai di pos 7 ingin membangun tenda tetapi tidak ada lahan kosong, jadilah mereka akan kembali ke pos 3 dan mendirikan tenda disana. Untunglah kami tidak memaksakan diri untuk ke pos 7 walau akan lebih dekat ke puncak, kalau tidak kami akan bernasib sama seperti pendaki tadi. Jadi bagi teman-teman yang ingin mendaki ke Cikuray bisa dipertimbangkan baik-baik tempat untuk berkemah jika sedang ramai pendaki.





Seperti itulah kira-kira medan pendakian Cikuray. Maaf jika foto agak pecah-pecah karena diambil dari media sosial saya, sebab file asli sudah hilang karena memorycard yang sempat rusak.

Melanjutkan cerita, setelah tenda berdiri kokoh, kami langsung membongkar isi tas dan memasak makan malam kami, yaitu sarden dan sosis serta membuat energen karena tenaga kami telah banyak terkuras. Setelah kenyang kami langsung merebahkan diri bercengkerama sebentar diiringi alunan lagu dari handphone pacar saya serta membuat kesepakatan akan bangun jam berapa besok pagi agar bisa menikmati indahnya sang surya terbit dari puncak. Karena katanya dari pos 6 ke puncak membutuhkan waktu sekitar 1 jam jadilah kami sepakat pasang alarm pukul 03.30 karena menyadari keleletan saya yang pasti butuh waktu lebih lama untuk sampai ke puncak. Pukul 8 malam kami sudah tidur dan ternyata esok harinya, Minggu 27 September kami bangun kesiangan. Jam 04.20 kami baru bangun, kaget dan kami segera bergegas menuju puncak setelah cuci muka sebentar. Dugaan waktu kami benar, alhasil kami tak sempat mengabadikan momen sunrise di puncak, karena pada saat perjalanan menuju pos 7 saja matahari sudah menampakkan dirinya dengan sinar jingga kemerahan yang memesona ditambah pula di tengah perjalanan saya tak dapat menahan hasrat untuk membuang air (yang katanya besar) ini hehehe.. Jadilah kami sampai di puncak pukul 06.00 dan sudah ramai pendaki lain dan walaupun sudah ada larangan ngecamp di puncak tapi tetap saja ada pendaki yang tak tau aturan, jadi di puncak penuh sekali, sementara matahari sudah terang-terangnya.

lautan awan Cikuray

terlihat gunung Papandayan disana

ramainya puncak Cikuray



Seperti itulah pemandangan dari Puncak Gunung Cikuray, bisa melihat Papandayan, Gunung Gede Pangrango dan pastinya lautan awan yang memukau. Tak lama setelah berfoto-foto kami pun segera kembali ke kemah untuk sarapan dan melanjutkan perjalanan ke Pos Pemancar. Pukul 10 kami sudah siap untuk turun, dan perjalanan turun hanya memakan waktu 4 jam saja. Tak lupa kami bertegur sapa dengan pendaki lain selama perjalanan naik atau pun turun gunung juga mengabadikan gambar di perjalanan dari pos 1 ke pos pemancar. Sampai akhirnya kami tiba di garis start pukul 14.00 dan kembali melapor diri lalu segera menumpang ojek untuk mendapat angkot ke terminal Guntur. Sebenarnya bisa saja kami langsung menumpang pick up sampai ke terminal Guntur hanya saja terlalu lama menunggu sampai pick up penuh sementara kami harus mengejar waktu agar bisa segera sampai ke jakarta karna hari senin kami sudah harus kembali bekerja. Perjalanan turun menggunakan ojek bak menaiki roller coaster bahkan lebih seram, kami harus berpegengan erat sebab jalur yang dilalui penuh batu-batuan dan kalanya kami harus melewati jalur setapak yang di sebelah kanannya jurang, jika tak hati-hati entah apa yang terjadi, bersyukurlah bapak tukang ojek disana sudah mahir mengendarai motor di medan yang seperti itu. Sesampainya kami di jalan raya kami bertanya lokasi wc umum untuk kami menumpang mandi kepada bapak tukang ojek ini, Namanya Pak Agus kalau tidak salah. Lalu Pak Agus menawarkan kami ke rumahnya saja untuk numpang mandi disana, karena rumah Pak Agus juga biasanya dijadikan basecamp para pendaki. Kami pun langsung mengiyakan tawaran Pak Agus, sementara Pak Agus kembali ke pemancar, kami dititipkan ke istri Pak Agus, dan selagi kami bergantian mandi, istri Pak Agus membuatkan kami gorengan agar kami tak kelaparan. Baik sekali keluarga Pak Agus ini. Setelah selesai membersihkan diri kami pun pamit dan sempat memberi sedikit uang kepada istri Pak Agus sebagai balas jasa atas jamuannya, namun ditolak, ya sudah kami berikan saja kepada anaknya yang masih kecil :)
Kami pun segera mencari angkot ke terminal dan ketika sampai langsung mencari bus jurusan kampung rambutan. Waktu menunjukkan pukul 17.00 saat kami sudah berada di dalam bus dan menunggu bus berangkat kembali ke Jakarta. Waktu tempuh Garut-Jakarta tak secepat saat kami pergi, sebab di hari minggu banyak orang dari luar kota menuju Jakarta dan jalanan menjadi padat. Walhasil kami sampai di rumah masing-masing pukul 03.00 subuh. Lelah namun kami puas bisa memanfaatkan waktu liburan yang singkat dan cuaca akhir pekan yang cerah dengan menambah teman, pengalaman, bertegur sapa dengan pendaki lain juga melatih mental dan fisik kami.


Berikut perincian biaya kami per orang PP rumah-Cikuray :

  • Mayasari Bhakti Slipi - Kampung Rambutan : Rp 12.500
  • Bus Kampung Rambutan - Terminal Guntur ; Rp 52.000
  • Pick Up terminal Guntur - pos pemancar : Rp 40.000
  • Retribusi tiket Cikuray : Rp 10.000
  • ojek pemancar - jalan raya (gapura tempat masuk ke desa pemancar) : Rp 35.000
  • Angkot dari gapura - terminal Guntur : Rp 5.000
  • Primajasa dari Guntur - Kampung Rambutan : Rp 52.000
  • Mayasari dari Kampung Rambutan - Slipi : Rp 15.000
sekian dari saya, semoga bermanfaat ya  :)

Note :
Jadi benar seperti yang dikatakan banyak pendaki lain, kalau mendaki Gunung Cikuray jangan mengharap jalur bonus, karena dari start sampai puncak menanjak terus

Me and my beloved travelmate

Comments

Popular posts from this blog

Mendaki Gunung Slamet via Bambangan

Short Escape ke Purwakarta

Cibodas-Cipanas on the weekend