Mangente Ambon Manise

Libur lebaran tahun 2015 saya mendapat kesempatan untuk berkunjung ke timur Indonesia, yaitu Provinsi Maluku, tepatnya kota Ambon. Ini adalah perjalanan yang saya impikan sejak remaja dan paling saya nantikan, seperti peribahasa Pucuk dicinta ulam pun tiba begitulah gambarannya. Tuhan maha baik mempertemukan saya dengan seorang pria berdarah Ambon di Jakarta sehingga kami merajut tali kasih, sampai pada bulan Juli 2015 kemarin saya dibawanya pulang kampung untuk diperkenalkannya kepada keluarga inti, keluarga besar dan teman-temannya. Kebetulan kami memiliki waktu libur lebaran yang cukup lama, sehingga kami putus kan untuk pergi ke Ambon tanggal 17 Juli dan pulang tanggal 25 Juli. Rasa bahagia luar biasa dan semangat yang meluap-luap sudah ada dalam diri saya sejak saat kami membeli tiket pesawat, kira-kira sebulan sebelum keberangkatan kami. Bagi saya yang lahir dan besar di Jakarta dan orangtuan asli Jawa, ini adalah pertama kalinya saya terbang ke Indonesia bagian timur yang terkenal dengan keindahan lautnya. 

Kami berangkat ke Ambon menggunakan Batik Air dan pulang dengan Garuda Indonesia, total biaya yang kami habiskan untuk tiket pesawat ialah kurang lebih 6 juta rupiah untuk tiket pulang pergi (Rp 3 juta / orang) maklum saja karena kami pergi pada saat high season.

Dan pada kesempatan kali ini saya langsung akan bercerita tempat-tempat wisata cantik yang saya kunjungi selama di Ambon, karena itu yang hendak saya bagikan di blog ini. Berikut ini penjabarannya :

  • Pintu Kota
  • Merupakan sebuah pantai yang berkarang dan berbatu dengan pemandangan yang indah, dimana di pantai ini terdapat sebuah tebing batu besar dengan lubang di tengahnya yang bentuknya menyerupai pintu gerbang, karena itulah pantai ini dinamakan Pintu Kota. Juga merupakan salah satu wisata favorite di Ambon dan cukup terkenal di kota itu, sehingga belum lengkap rasanya jika ke Ambon namun tidak mengunjungi pantai ini. Letaknya pun tidak jauh dari kota Ambon, saat itu saya dari pusat kota menaiki angkot jurusan Air Louw dengan biaya Rp 5.000/orang dan sekitar +/- 40menit sudah sampai di Pantai Pintu Kota ini. Jalan menuju pantai ini pun bagus, beraspal, selama perjalanan dari pusat kota menuju pantai kita akan melihat pemandangan lautan luas yang merupakan Teluk Ambon. Ketika sampai di tempat parkir pantai, untuk menuju tebing batu kita akan sedikit menuruni anak tangga yang sudah diaspal bagus dan di sisinya terdapat beberapa warung kecil yang menjual cemilan seperti pisang goreng, indomie, dll, juga menyediakan tempat duduk untuk berisitirahat sejenak sambil menikmati pemandangan dan udara sejuk. Jika kita datang sebelum air pantai naik/pasang kita bisa berfoto tepat di tengah lubang tebing tersebut, namun jika airnya sudah pasang (biasanya sore hari) kita hanya bisa mengambil foto dari spot terdekatnya saja. Kemudian di pantai itu ada tangga yang diperuntukan bagi wisatawan yang ingin merasakan berdiri di atas tebing batu itu dan menikmati pemandangan pantai dari atas. Berikut gambarannya










si adik :)
di atas tebing batu

  • Pantai Liang atau biasa disebut juga Pantai Hunimua,
  • terletak di desa Liang, Maluku Tengah. Pantai cantik dengan pasir putihnya dan gradasi warna air laut yang tampak jelas terlihat begitu memasuki kawasan pantai ini, air laut yang jernih dan banyak pepohonan di pinggir pantai menambah keindahan pantai ini, maka tak heran jika pantai ini pernah dinobatkan PBB sebagai pantai terindah di Indonesia. Banyak sekali wisatawan yang menyeburkan diri untuk berenang atau sekedar bermain air di pantai, juga tersedia wahana banana boat bagi wisatawan yang menyukai tantangan. Tempat parkir di pantai ini sangat luas, juga terdapat banyak warung kecil di pinggir pantai yang menjual makanan ringan, atau jika wisatawan membawa bekal makanan sendiri dan ingin menggelar tikar di pinggir pantai pun tersedia lahan yang cukup luas. Lahan pasir tersebut juga bisa dipergunakan anak-anak untuk bermain bola. Namun, jika wisatawan ingin mandi atau membilas badan setelah bermain air pantai, sangat disayangkan kamar mandi di pantai tersebut sangat terbatas dan kurang terawat (pada saat saya pergi kesana, Juli 2015), sehingga jika ramai pengunjung, pengunjung yang ingin menggunakan kamar mandi harus mengantri. Untuk akses jalan ke pantai ini sudah mulus. Dari pusat kota kita bisa pergi ke terminal Mardika dan mencari angkot jurusan Liang, dengan tarif Rp 20.000/orang dan waktu tempuh 45-60 menit anda sudah sampai di pintu gerbang pantai dan untuk masuk ke pantai dikenakan biaya (saya kurang tau pasti berapa biayanya). Berikut gambar pantai cantik, kebanggan warga Desa Liang.
asli tanpa ramuan ^^




Tak jauh dari pantai Liang ini, Jika kita ingin kembali ke pusat kota, kita akan melewati daerah wisata untuk melihat morea (belut dengan ukuran raksasa), tepatnya di Desa Waai. Di Desa ini terdapat kolam morea yang juga bersebelahan dengan perkampungan warga, sehingga jika kita berkunjung ke kolam morea ini sering kita jumpai warga yang sedang mencucui pakaian bersebelahan dengan kolam morea ini. Jangan heran jika pertama kita datang ke kolam ini tak terlihat moreanya, sebab ia bersembunyi. Untuk memancing morea keluar dari lubang persembunyiannya diperlukan seorang pawang dan sebuah telur ayam, dan jangan lupa setelah puas melihat dan memegang morea, untuk sekedar memberi uang tip kepada pawang tersebut.




  • Santai Beach
  • Pantai ini berada di Desa Latuhalat, Nusaniwe, Ambon, tidak begitu jauh dari pusat kota. Sehingga saat itu saya dan pacar memutuskan untuk menggunakan motor pribadi menuju pantai. Akses jalannya pun sudah bagus. Jalan menuju Santai Beach ini searah dengan jalan menuju Pintu Kota, yang membedakan hanya percabangan jalan di Nusaniwe nanti, wisatawan tinggal memilih hendak ke Pintu Kota atau Pantai ini. Santai Beach juga memiliki pemandangan yang memanjakan mata serta suasana pantai yang meneduhkan jiwa. Duduk berpayung pohon kelapa yang menjulang tinggi ditemani sepiring rujak buah Ambon yang khas sekali serta suara deburan ombak sangat pas untuk melepas penat, air laut yang jernih membuat hasrat bermain air tak terhankan, batu-batu karang di pantai pun seolah menarik perhatian wisatawan yang berkunjung untuk tak henti-hentinya memotret keindahan pantai ini. Jika wisatawan memiliki banyak waktu dan ingin puas menikmati pantai ini, di kawasan pantai terdapat penginapan/cottage yang disewakan untuk wisatawan bermalam. Harga kamarnya bermacam-macam tergantung penempatannya dan besarnya kamar, yang paling mahal ialah yang berada persis di pinggir pantai dan jika membuka jendela langsung melihat pasir putih  dan birunya pantai. Jika ingin yang lebih murah letaknya agak di belakang, untuk ke pantai perlu berjalan sedikit. Penginapan yang paling murah ini bertarif Rp 75.000/hari. Selebihnya ada yang seratu sampai dua ratus ribuan.
terlihat penginapan di bibir pantai


efek langit mendung



  • Pantai Namalatu
  • Pantai ini bersebelahan dengan Santai Beach, tetapi untuk ke pantai ini harus keluar terlebih dahulu dari pintu masuknya, sebab kedua pantai ini dibatasi tebing batu yang cukup tinggi , berlumut, dan licin bila dijejaki, sehingga tak memungkinkan jika wisatawan menyeberangi tebing batu itu. Jarak kedua pantai ini mungkin terpaut sekitar 100-200 meter saja. Namalatu tak kalah bagus dengan Santai Beach. Pantai berbatu karang indah ini cantik sekali untuk dijadikan objek foto bagi siapapun yang berkunjung. Keadaan di sekitar pantai sama seperti pantai-pantai di Ambon pada umumnya, terdapat warung-warung kecil menjual makanan ringan serta rujak, deretan pohon kelapa menjulang tinggi, tempat parkir luas, tersedia tempat berupa pos kecil untuk duduk-duduk santai bersama kawan-kawan menikmati udara sejuk, juga terdapat resort dan homestay untuk menginap dengan harga terjangkau, bahkan pada saat saya datang sedang ada latihan musik di aula penginapan untuk acara retreat sekolah. Langsung saja saya perlihtakan foto pantai cantik ini yaaa..





bukan prewed
dan untuk wisata di pusat kota yang tak kalah mengasyikan ada Pattimura Park, World Peace Gong, Patung Christina Martha Tiahahu, lapangan Merdeka. Dari bandara Pattimura menuju pusat kota AMbon di perlukan waktu1,5 jam - 2 jam perjalanan darat sebab perjalanan akan mengitari Teluk Ambon, jika ingin mempersingkat waktu bisa menyeberang menggunakan kapal ferry dari Poka ke Galala yang bisa menghemat waktu perjalanan +/- 1 jam, atau nanti jika Jembatan merah putih sudah bisa digunakan dan diresmikan maka perjalanan darat tak memerlukan waktu selama itu.





Pattimura Park


Lapangan Merdeka

Sebenarnya ada 1 lagi pantai cantik di ambon dan cukup terkenal namun saya tak sempat mengunjunginya, yaitu Pantai Natsepa. Semoga akhir tahun 2016 nanti ketika saya kembali ke Ambon tak lagi melewatkan keindahan pantai yang satu ini.

Sekian cerita baronda Ambon dari saya, semoga bermanfaat :)


Comments

Popular posts from this blog

Mendaki Gunung Slamet via Bambangan

Short Escape ke Purwakarta

Cibodas-Cipanas on the weekend