Tulisan kali ini merupakan lanjutan cerita berlibur di Ambon pada postingan sebelumnya :)
Memang sayang sekali untuk dilewatkan ketika kita sudah berada di Ibu kota Maluku, namun tidak singgah ke Pulau Ora yang terletak di Pulau Seram. Oleh karena itu saya bersama pacar tidak menyia-nyiakan kesempatan ini.
Saya akan bercerita dahulu kemudian foto-foto menyusul setelah saya selesai menuliskan apa yang ingin saya bagikan di tulisan kali ini :)
Kami menjadwalkan pergi ke Pulau Ora pada tanggal 22-23 Juli 2015, dimana sebelumnya penginapan sudah dipesan. Di Ora ada 2 tipe penginapan, kamar darat dan kamar gantung laut, untuk tarif kamarnya terpaut lumayan jauh, saat itu untuk kamar darat tarif per malam kamarnya Rp 750.000, 1 kamar berkapasitas 2 orang, untuk kamar laut tarif per malamnya 1,2 juta - 1,5 juta, dengan harga tersebut sudah dapat makan 3 kali dan snack ditambah sewa alat snorkeling. Kami pun memilih kamar darat untuk menghemat pengeluaran kami, konon katanya juga ada penginapan yang lebih murah lagi yaitu di Desa Sawai, namun jaraknya agak jauh dari Pulau Ora ini (sekitar 30 menit dari Ora jika menggunakan speedboat, kalau jalan darat lebih lama lagi). Kenapa kami tidak menginap di Sawai? Karena tarif speedboatnya mahal, sementara kami pergi hanya berdua, tidak bersama rombongan lain, jadi lebih baik ambil penginapan di Ora saja.
Hari yang dinanti pun tiba, Rabu 22 Juli 2015, saat langit ambon masih gelap kami sudah bangun, pukul 04.30 subuh kami sudah bersiap-siap mengemas barang-barang kami, cuci muka, ganti baju dan siap berangkat. Iya cuci muka saja tidak mandi, karena kan nanti juga mau nyebur di pantai^^. Rumah pacar saya berada di daerah Karang Panjang, untuk sampai ke terminal Mardika kami harus naik angkutan umum 1 kali. Cukup lama kami menunggu angkutan di depan gang saat itu, mungkin karena hari masih subuh. Sekitar 30 menit kami baru mendapat angkutannya, perjalanan ke terminal hanya membutuhkan waktu 15-20 menit dan tarif angkutan Rp 4.000/orang, Pukul 05.30 kami sudah sampai di Terminal Mardika dan selanjutnya menunggu angkutan ke Pelabuhan Tulehu. Kali ini tak butuh waktu lama untuk menunggu, kami langsung mendapat angkutannya dan perjalanan dari terminal ke Pelabuhan Tulehu ditempuh dalam waktu +/- 45 menit dengan kondisi jalanan pagi hari yang masih sangat sepi dan udara yang sejuk. Tarif angkutannya Rp 10.000/orang. Pukul 06.30 kami sudah sampai di pelabuhan Tulehu. Dari Tulehu kami harus menyeberang ke Pelabuhan Amahai menggunakan kapal ferry cepat. Loket pmebelian tiket dibuka pukul 07.00, dan kapal pertama berangkat pada pukul 08.30. Kapal Ferry ini ada 2 kelas, ekonomi dan eksekutif. Tarif kelas ekonomi Rp 125.000/orang, eksekutif Rp 250.000/orang. Kami memilih untuk naik kelas ekonomi untuk menghemat pengeluaran. Pukul 08.00 para penumpang sudah diperbolehkan naik ke kapal, diiringi dengan banyaknya penjual makanan kecil dan minuman yang masuk menawarkan dagangannya. Nama kapal yang kami naiki adalah Cantika Terpedo, kondisi kelas ekonominya nyaman, bersih, berAc, juga dilengkapi dengan toilet yang bersih. Tepat pukul 08.30 kapal berangkat menuju Pelabuhan Amahai. Perjalanan ini ditempuh dalam waktu +/- 2 jam. Sesampainya di Pelabuhan Amahai banyak sekali supir angkutan yang menawarkan jasa angkutnya ke masing-masing tujuan yang ada. Kalau ingin ke Ora, kita harus ke Masohi terlebih daulu, jadilah kami naik angkutan Amahai-Masohi dengan tarif Rp 25.000 untuk 2 orang dan waktu tempuh +/- 1 jam sampai di depan Terminal Masohi. Dari Masohi kami harus ke Desa Saleman, desa terdekat dengan Pulau Ora. Untuk ke Desa Saleman tidak ada angkutan umum, yang ada hanyalah mobil-mobil pribadi yang dijadikan angkutan. Saat itu hanya kami yang terlihat ingin ke Ora, tak ada rombongan lain lagi, namun kami harus menunggu mobil penuh untuk kemudian melanjutkan perjalanan dan juga menghemat biaya. Kami harus menunggu selama kurang lebih 1,5 jam dan tetap tak ada tambahan penumpang lagi, mau tidak mau supir tetap mengangkut kami karena jarum jam sudah menunjukkan pukul 13.30 dan membutuhkan waktu 2-2,5 jam untuk sampai ke Desa Saleman dengan jalanan yang berliku dan curam, sebab kalau berangkat terlalu sore sangat berbahaya dan juga waktu bermain di Ora jadi sedikit. Selama perjalanan kami, pacar saya dan supir mengobrol dengan bahasa ambon, pak supir (yang kemudian diketahui bernama Rudi) bercerita banyak hal, dan ternyata supir dan pacar saya berasal dari kampus dan fakultas yang sama, namun berbeda angkatan. Rudi juga bercerita kalau Ia dan keluarganya pindah dari Ambon ke Masohi lalu membuat usaha angkutan dari Masohi ke Saleman, hingga Juli 2015 itu mereka sudah memiliki beberapa mobil dan sedang membangun penginapan murah di Desa Saleman, yang dijadwalkan selesai pada akhir tahun 2015 dan sudah bisa dinikmati wisatawan yang ingin ke Ora. Sementara mereka mengobrol, saya hanya melihat kiri kanan jalan mengamatinya dan sedikit menikmatinya. Iya hanya sedikit, sebab jalan yang kami lalui sangat berliku dan curam, bisa menyebabkan mual dan mabuk, dan juga Rudi membawa mobil sedikit ngebut, jika tidak terbiasa dan berhati-hati bisa jatuh ke jurang. Tapi untunglah Rudi ini sudah sangat berpengalaman dan hafal betul kondisi jalannya. Hati pun cemas akan ongkos angkutannya, sebab kami hanya berdua saja di mobil pribadi yang bisa diisii sampai 6 orang ini. Pukul 15.30 kami sudah sampai di Desa Saleman dan pacar saya langsung menanyakan ongkos angkut dari Masohi ke Saleman.. jeng jeng jeng.... ternyata Rudi memberikan kami harga yang diluar dugaan, yaitu Rp 75.000/orang sama dengan tarif jika mobil ini terisi penuh. Sambil Ia berkata, biasanya Ia memberikan harga Rp 500.000/mobil, mungkin karena obrolan mereka yang asyik selama perjalanan tadi serta untuk langganan berikutnya, Ia memberi harga murah ke kami. Terimaksih Tuhan yang baik dan Rudi yang baik, kami bisa selamat sampai di Saleman dengan biaya yang tidak mahal. Rudi pun langsung mengenalkan kami kepada bapak yang punya speedboat yang bisa mengantar kami menyeberang ke Ora. Tarif speedboat Rp 150.000/kapal (berkapasitas 10 orang) untuk mengantar ke Ora dan berkeliling-keliling ke wisata air di kawasan tersebut. menyeberang dari Desa Saleman Ke Ora hanya membutuhkan waktu 10 menit. Sesampainya di Ora Resort kami langsung berganti baju untuk segera berkeliling dan snorkeling. Seharusnya kami dapat makan siang 1 kali, namun karena kami sampai sudah terlau sore, jadi kami hanya dapat makan malam saja. Tak masalah bagi kami yang saat itu sangat bahagia sekali bisa menginjakkan kaki d Ora dan melihat dengan mata sendiri bagaimana indahnya Ora yang di puja-puji para wisatawan. Setelah ganti baju, tempat pertama yang kami kunjungi adalah tebing batu, cukup 10 menit dari resort menggunakan speedboat. Ketika sampai kami disuguhi pemandangan biru-hijau, pegunungan batu dikelilingi awan rendah, serta beningnya air laut. Disana kami snorkeling sebentar, kemudian banyak berfoto-foto. Dari tebing batu kami diantar ke Pantai Air Belanda, pantai dengan pasir yang putih dan air yang jernih serta terdapat warung makan indomie. Cukup lama kami bermain di Pantai Air Belanda. Pukul 16.30 kami memutuskan kembali ke resort dan bermain-main di pinggir pantainya serta banyak melakukan foto-foto hingga senja tiba. Tibalah makan malam dan menu yang disediakan ialah nasi putih, ikan bakar, cah kangkung, bakwan jagung, air putih, dan teh. Masakan pegawai resort pun enak. Malam pun tiba, suasana sekitar sudah sunyi, kami memutuskan untuk istirahat cepat karena besok paginya kami akan di jemput pukul 08.00 untuk melanjutkan perjalanan kembali ke Ambon, dan jangan sampai telat karena mengejar kapal terakhir dari Amahai ke Tulehu. Kunjungan kami ke Ora memang sangat singkat namun berkesan sekali dan Ora membuat kami ingin kembali selalu kesana. Sebelum pulang kami sempatkan untuk sarapan dan perjalanan pulang yang kami lalui sama seperti perjalanan pergi kami, dengan waktu tempuh yang tak jauh beda dan ongkos angkutan yang sama.
Kamis, 23 Juli 2015 petang, kami sudah berada di rumah di Ambon. Dan berikut beberapa foto-foto kami di Ora yang sempat kami abadikan :)
|
Kapal Ferry Cantika Torpedo
|
|
Tak perlu menyelam dalam-dalam untuk melihat terumbu karang di Ora |
|
Maldivesnya Indonesia katanya |
|
Di Tebing batu
(foto pakai Bpro5 alpha edition dan di lensa kamera ada sedikit air jadi sedikit blur) |
|
masih di tebing batu
(penjelasan blur masih sama seperti di gambar atas) |
|
hasil snorkeling |
|
di Pantai Air Belanda |
|
ruang makan wisatawan |
|
Senja di Ora |
|
ini hasil edit ^^ |
|
INDAH |
|
mau pulang |
singkat cerita perjalanan Ambon-Ora:
Terminal Mardika di pusat kota - Pelabuhan Tulehu - Pelabuhan Amahai - Masohi - Desa Saleman -Pulau Ora, ditempuh dalam waktu kurang lebih 5 jam perjalanan (darat dan laut).
Semoga bermanfaat yaa :')
Comments
Post a Comment