Apa Adanya
Sore itu dikala awan putih mulai menghitam
Di sudut ruang kerja, gadis elok rupa termenung
seraya menatap lembar demi lembar foto berukuran 4R di meja kayunya
foto yang mengisahkan darmawisata-nya di tanah Ibu Pertiwi
Ia pun tersenyum simpul, sinar matanya mengisyaratkan sukacita yang penuh
lalu sejenak ia mengalihkan pandangannya ke layar komputer
ia mulai mengendalikan tetikusnya, membuka laman blognya
segera ia menekan papan ketik komputernya, merangkai angan dan impian
yang dirajutnya dari hasil perjalanannya di negeri yang dicintainya
tak lupa pula ia menghidupkan pengeras suara di mejanya
lalu memutar alunan nada dan syair yang menawan dari musisi kesukaannya..
tak lupa pula ia menghidupkan pengeras suara di mejanya
lalu memutar alunan nada dan syair yang menawan dari musisi kesukaannya..
usai menuliskan impiannya, ia menelaahnya kembali kemudian menghapusnya
rupanya "sang pesimistis" hadir menyelimuti pikirannya lalu menginterupsi sanubarinya
dan berkata :
"tak usahlah kau bangga akan pencapaianmu menapakkan kaki di ketinggian
tak usah pula kau pamerkan wisata baharimu yang tak seberapa itu
apalagi ditambah dengan kau yang tak ahli memotret
pun demikian juga dengan aktivitasmu yang lain bersama alam bebas
kau hanya suka bermain keluar untuk semata-mata melepaskan penatmu
kau hanya sekedar suka jalan-jalan, kau belum memaknai perjalananmu
lihatlah para pengembara lain diluar sana, jumlah mereka sangat banyak
mereka pun menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi orang lain
entah melalui tulisan ,hasil jepretan kamera, maupun pribadi yang mau berbagi
aku curiga kau hanya iri dengan mereka, lalu kau mulai ikut-ikutan seperti mereka
sehingga perjalananmu tak mampu menghasilkan sesuatu yang berguna seperti mereka
kau hanya mampu memamerkannya di media sosial
sebab apapun yang tak berasal dari hatimu sendiri perlahan akan redup dan akhirnya mati
sudahlah tutup saja anganmu itu..."
Sanubarinya tak terima, lalu memberontak dan mendebat pikirannya
dengan suara lantang berkata demikian:
"aku maklum kau bicara seperti itu, kau kan tak bisa merasakan
yang bisa merasa hanya aku, sementara kau hanya bisa menuduh
aku setuju kalau kau bilang bermain keluar hanya untuk melepas penat
memang itu caraku dan kesukaanku
aku setuju aku tak pandai memotret, hanya foto apa adanya
aku setuju aku belum mampu berguna untuk orang lain melalui tulisanku
tapi aku tak setuju kau bilang aku ikut-ikutan
aku dan mereka berbeda, aku punya keahlianku sendiri
kau terlalu picik menyebutku ikut-ikutan
kalu aku ikut-ikutan, aku tak akan berada di ketinggian berulang kali
aku akan mudah menyerah dengan beratnya rintangan yang kuhadapi untuk menggapainya
aku akan mudah menyerah kepada kelelahan dan rasa sakit keesokan harinya
yang benar adalah aku terinspirasi oleh mereka
di perjalananku menuju ketinggian aku rasakan sendiri bagaimana diperdulikan orang
aku rasakan sendiri bahagianya menatap langit luas, berada di atas awan, disapa keindahan semesta
apakah aku tak patut bangga karna berhasil menyaksikan keindahan dengan jerih payah sendiri?
lalu seenaknya kau bilang aku pamer dengan menunggahnya di media sosial
kau memang picik, maksudku hanya ingin berbagi
aku ingin orang-orang yang mengikuti media sosialku tau akan keindahan negeriku
aku ingin mereka pun menyaksikannya, aku ingin berbagi informasi
aku ingin orang-orang juga menapakkan kaki di berbagai tempat di negeri ini
dan kemudian kami saling berbagi informasi dan pengalaman
lalu menceritakannya lagi kepada mereka yang belum mengetahuinya
sehingga negeriku dicintai warganya sendiri , bukan malah dipandang sebelah mata
karna tak bisa dipungkiri, perjalanan ini terus menumbuhkan rasa nasionalisme ku
dan asal kau tau yaa.. walaupun perjalanan ini tak seberapa
setidaknya duniaku menjadi seru dan penuh warna
berjumpa banyak orang, bertambah teman baru, bertambah pengalaman
semuanya membuat hidupku lebih berarti
setidaknya akan kubagikan semua yang kualami kepada anak cucuku kelak
dengan harapan mereka akan melakukan perjalanan lebih banyak dan lebih jauh
serta lebih bermanfaat dibanding dengan perjalanan yang sudah dan akan kulakukan
panjang lebar kujelaskan, kuharap kau mengerti ya otak.."
bak mentari pagi yang penuh antusias naik ke atas menampakkan diri dengan sempurna
kemudian menyinari kehidupan khalayak ramai, ia pun mulai merajut asanya kembali
bahkan lebih hebat dari yang semula sudah dihapusnya..
ia yakin perjalanannya yang belum seberapa itu, mampu menginspirasi,
setidaknya untuk dirinya sendiri
pengalamannya di alam bebas, mengikis sedikit demi sedikit sisi negatifnya
ia mulai certita bagaimana ayahnya yang dahulu melarang ia mendaki gunung
kini mulai mendukungnya bahkan menyarankan untuk mendaki gunung-gunung indah
yang dilihatnya di media elektronik
ia bercerita bagaimana ia tak boleh kalah dengan keadaan
rela meninggalkan kasurnya yang empuk di rumah,
lalu tidur di kursi kereta ekonomi yang tegak 90 derajat
rela meninggalkan kamar mandinya yang bersih dan harum
untuk mandi di kamar mandi umum di sebuah terminal
rela meninggalkan kamar tidurnya yang besar
untuk kemudian berbaring di kemah yang beralaskan tanah bebatuan
rela meninggalkan dapurnya yang nyaman beserta alat memasak yang lengkap
untuk kemudian hanya bisa memasak dengan kompor camping yang kecil
diiringi hembusan angin malam yang dingin menusuk tulangnya
rela meninggalkan kenyamanan WC duduk di kamar mandinya
Untuk kemudian harus bersembunyi di semak-semak demi sebuah kelegaan
rela meninggalkan kenyamanan WC duduk di kamar mandinya
Untuk kemudian harus bersembunyi di semak-semak demi sebuah kelegaan
dan ketidaknyamanan lainnya yang ia alami
ia sadar betul bahwa diluar sana tak bisa bermanja-manja seperti di rumah
belajar menjadi tangguh atau menyerah pada keadaan lalu dengan malu pulang ke rumah
Dengan penuh rasa syukur pada Yang Empunya Semesta
ia terus menuliskan kisahnya di laman blognya
mengurai pengalaman hidupnya, tak peduli ada yang membaca atau tidak
ia hanya tak mau apa yang ia dapatkan disimpannya sendiri,
perjalanannya tak mengajarkan ia untuk menjadi egois
tulisannya berakhir seiring berakhirnya senandung lagu yang menemaninya mengungkapkan isi hati melalui rangakaian kata
Lagu-lagu dalam album "Berjalan Lebih Jauh" milik band indie Banda Neira..
Comments
Post a Comment